Langsung ke konten utama

Laporan Analisa Kualitatif Unsur-Unsur Zat Organik dan Penentuan Kelarutan

LAPORAN
PRATIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN I
ANALISA KUALITATIF UNSUR-UNSUR ZAT ORGANIK DAN PENENTUAN KELAS KELARUTAN


DISUSUN OLEH :
SEPRIDA ANJELINA TARIGAN
(NIM : A1C117051)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL., M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019






VII. DATA PENGAMATAN


7.1. Analisa Unsur
7.1.1  Karbon dan Hidrogen
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.          
Dimasukkan 1-2 gr CuO kering dan dipanaskan
Tidak terjadi perubahan apa - apa
2.       
Ditambahkan gula (1/10 jumlah CuO)
Ketika ditambahkan gula, gula tersebut tidak tampak
3.       
Dialirkan pipa kedalam tabung yang berisi 10 ml Ca(OH)2 dipanaskan
Terdapat uap dan gelembung yang timbul

7.1.2  Halogen
a.       Tes Beilstein
No.
Prosedur Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
         1.       
Dipanaskan kawat tembaga, didinginkan lalu tetesi kawat dengan 2 tetes benzena dan dipijarkan
Pada saat tembaga dipanaskan warnanya kemerahan dan pas sudah ditambahkan benzena, timbul bau gas dan warna Cu berubah dari warna merah ke warna putih

b.      Tes CaO
  No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
        1.       
Dipanaskan CaO sampai suhu tinggi lalu ditambahkan 2 tetes benzena
Setelah ditambahkan benzena tercium bau gas menyengat dan dipinggir dalam tabung terdapat uap air
        2.       
Didihkan lagi setelah dingin dengan 5 – 10 ml air suling di tuang kedalam gelas kimia dan larutan dalam HNO3 encer.
Ketika dididihkan warnanya menjadi keruh dan terdapat gelembung dan warna jernih.

7.1.2. Metode Leburan

a.       Belerang
No.
                           Prosedur
                  Hasil
 1.
Diasamkan 3 mL larutan L (NaOH), didihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan denga  kertas saring basah yang sudah ditetes Pb asetat 10%
Hasil yang diperoleh warnanya bening dan saat dipanaskan seperti mendidih larutan naik menuju ke arah kertas saring basah.
 2.
Pada larutan L lainnya, ditambahkan 1-2 tetes Na-nitroprosida
Setelah ditambahkan 1-2 tetes Na-nitroprosida larutan berwarna bening

b.      Nitrogen
No.
     Prosedur
       Hasil
1.
3 mL larutan L (Amoniak) , ditambahkan 5 tetes FeS04 kemudian ditambahkan 1 tetes FeCl3 dan juga 5 tetes KF 10%
Hasil ketika ditambahkan FeSO4 terdapat gumpalan coklat kehitaman, saat ditambah FeCl3 larutan berubah menjadi warna kuning, setelah ditambahkan KF gumpalan menjadi buyar
2.
Ditambahkan 1-2 mL larutan NaOH 10% dan dipanaskan kemudian di dinginkan, ditambahkan H2SO4  encer
Ketika ditambahakn NaOH gumpalan yang buyar jatuh ke dasar gelas menjdi endapan coklat, ketika dipanaskan endapan coklat menghilang kemudian muncul endapan putih dipinggir-pinggir dasar gelas dan terdapat endapan kuning ditengah gelas. Saat di dinginkan tidak terjadi perubahan. Setelah ditambahakan H2SO4 encer endapan putih dan kuning hilang dan berubah menjadi endapan biru berlin.

c.       Halogen
No.
   Prosedur
       Hasil
1.
Diasamkan 3 mL larutan L(NaOH) dengan HNO3 encer, ditambahakan 5 mL larutan AgNO3 encer (5-10%)
Hasil yang diproleh timbul letupan-letupan ketika ditambahkan 5 mL AgNO3 encer ( 5-10%) warna menjadi kecoklatan, ketika di didihkan terdapat banyak endapan


7.2  Penentuan Kelas Kelarutan

   7.2.1 Gula

      7.2.1.1 Kelarutan dalam air

No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL air suling
Larutan yang dihasilkan jernih, yang artinya larutan dalam air  (+), warna yang dihasilkan bening

     7.2.1.2 Kelarutan dalam eter
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL larutan eter
Larutan yang dihasilkan jernih, yang artinya larutan dalam eter  (+), warna yang dihasilkan bening

     
7.2.1.3 Kelarutan dalam NaoH 5%
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat , ditambahakan 3 mL larutan NaOH 5%
Larutan yang dihasilkan jernih, yang artinya larutan dalam NaOH 5%  (+)
      7.2.1.4 Kelarutan dalam NaHCO3 5%

No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL larutan NaHCO3 5%
Larutan yang dihasilkan timbul gelembung gas CO2, yang artinya larutan dalam NaHCO3 5% (+)

      7.2.1.5 Kelarutan dalam HCl
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat r, ditambahakan 3 mL larutan HCl, dikocok dan diamati
Larutan yang dihasilkan jernih, yang artinya larutan dalam HCl (+)

      7.2.1.6 Kelarutan dalam H2SO4 pekat
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL larutan H2SO4 pekat dan dikocok hati-hati
Larutan yang dihasilkan jernih dan timbul sedikit panas , yang artinya larutan dalam H2SO4 pekat (+)

       7.2.1.7 Kelarutan dalam H3PO4 pekat
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL larutan H3PO4 pekat
Larutan yang dihasilkan jernih, yang artinya larutan dalam H3PO4 pekat (+)


   7.2.2 Tepung

      7.2.2.1 Kelarutan dalam air
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL air suling
Larutan yang dihasilkan keruh dan tepung tidak larut dalam air, yang artinya larutan dalam air (-)

      7.2.2.2 Kelarutan dalam Benzena
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL benzena
Larutan yang dihasilkan keruh dan tepung sedikit larut dalam benzena, yang artinya larutan dalam benzena (-)

       7.2.2.3 Kelarutan dalam NaOH 5%
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL NaOH 5%
Larutan yang dihasilkan keruh, yang artinya larutan dalam NaOH 5% (-)

       7.2.2.4 Kelarutan dalam HCl
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL HCl
Larutan yang dihasilkan mula-mula keruh kemudian disaring dan dinetralkan dengan NaOH larutan menjadi bening , yang artinya larutan dalam HCl (-)
       7.2.2.5 Kelarutan dalam NaHCO3
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL NaHCO3
Larutan yang dihasilkan keruh dan ada timbul gas, yang artinya larutan dalam NaHCO3 (+)

       7.2.2.6 Kelarutan dalam H2SO4 pekat
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL H2SO4 pekat
Larutan yang dihasilkan keruh dan tidak timbul gas dan panas, yang artinya larutan dalam H2SO4 pekat (-)
       7.2.2.7 Kelarutan dalam H3PO4 pekat
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 0,1 gram zat padat, ditambahakan 3 mL H3PO4 pekat
Larutan yang dihasilkan jernih dan terdapat endapan , yang artinya larutan dalam H3PO4 pekat (+)
    7.2.3 Minyak
    
      7.2.3.1 Kelarutan dalam air
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL air
Larutan yang dihasilkan jernih dan terdapat batas antara air dan minyak , yang artinya larutan dalam benzena (+)

      7.2.3.2 Kelarutan dalam benzena
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL benzena
Larutan yang dihasilkan jernih dan minyak bercampur dengan benzena, yang artinya larutan dalam benzena (+)
      7.2.3.3 Kelarutan dalam NaOH
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL NaOH
Larutan yang dihasilkan keruh dan ada batas antara minyak dan NaOH, yang artinya larutan dalam NaOH (-)
       7.2.3.4 Kelarutan dalam NaHCO3
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL NaHCO3
Larutan yang dihasilkan jernih dan ada batas antara minyak dan NaHCO3, yang artinya larutan dalam NaHCO3 (+)
      7.2.3.5 Kelarutan dalam HCl
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL HCl
Larutan yang dihasilkan jernih dan ada batas antara minyak dan HCl, yang artinya larutan dalam HCl (+)
      7.2.3.6 Kelarutan dalam H2SO4
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL H2SO4
Larutan yang dihasilkan jernih dan ada batas antara minyak dan H2SO4, yang artinya larutan dalam H2SO4 (+)

       7.2.3.7 Kelarutan dalam H3PO4
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL H3PO4
Larutan yang dihasilkan keruh dan ada batas antara minyak dan H3PO4, yang artinya larutan dalam H3PO4 (-)
   7.2.4 Putih telur

      7.2.4.1 Kelarutan dalam air
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL air
Larutan yang dihasilkan keruh dan putih telurnya larut  air, yang artinya larutan dalam air  (-)
      7.2.4.2 Kelarutan dalam benzena
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL benzena
Larutan yang dihasilkan jernih dan ada batas antara putih telurnya dengan benzena, yang artinya larutan dalam benzena  (+)

      7.2.4.3 Kelarutan dalam NaOH
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL NaOH
Larutan yang dihasilkan jernih dan ada busa, yang artinya larutan dalam NaOH  (+)
       7.2.4.4 Kelarutan dalam NaHCO3
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL NaHCO3
Larutan yang dihasilkan jernih, yang artinya larutan dalam NaHCO3 (+)

       7.2.4.5 Kelarutan dalam HCl
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL HCl
Larutan yang dihasilkan keruh dan terdapat endapan, yang artinya larutan dalam HCl (-)

       7.2.4.6 Kelarutan dalam H2SO4
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL H2SO4
Larutan yang dihasilkan keruh dan terdapat gumpalan, yang artinya larutan dalam H2SO4 (-)
    
  7.2.4.7 Kelarutan dalam H3PO4
No.
       Prosedur
      Hasil
1.
Dimasukkan 3 tetes zat cair, ditambahakan 3 mL H3PO4
Larutan yang dihasilkan jernih, yang artinya larutan dalam H3PO4 (+)

VIII. PEMBAHASAN
      Senyawa organik adalah suatu golongan besar senyawa kimia yang setiap molekulnya terdapat atom karbon, kecuali pada karbida, karbonat, dan oksida karbon. Senyawa organik banyak yang berperan penting dalam biokimia contohnya protein, lemak, dan karbohidrat. Titik leleh, titik didih, dan kelarutan dari setiap senyawa organik tergantung dari struktur, gugus fungsi, dan berat molekul dari setiap senyawanya. Gugus fungsi dari senyawa organik sangat memperngaruhi sifat reaksinya. Contohnya halide (alkil halida), hidroksil (alkohol dan karboksilat), karbonil (aldehid dan keton), amina, dan sulfonil.

 8.1 Analisis Unsur   
       Dalam mengidentifikasi unsur tedapat dua jenis dalam analisisnya yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Dalam menganalisis secara kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat, dengan mencari tahu unsur atau senyawa yang terkandung dalam sebuah sampel yang akan dianalisis. Dengan kata lain tujuan dari analisi kualitatif ialah untuk memisahkan dan juga mengidentifikasi unsur (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/#more-36 ). Pada percobaan kali ini dilakukan analisis suatu senyawa seperti putih telur, amoniak, gula , dan benzena dalam mengidentifikasi unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen dan halogen. 

 8.1.1 Karbon dan Hidrogen
       Pada analisis unsur karbon dan hidrogen pada senyawa gula berhasil dilakukan. Pada saat CuO dipanaskan tidak terjadi perubahan, kemudian ketika dicampurkan dengan gula, gula langsung leleh dan tidak terlihat lagi. Campuran CuO dan gula tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah dilengkapi dengan pipa pengalir gas. Ketika tabung reaksi yang berisi campuran tersebut dipanaskan maka timbul gas berupa uap(asap) didalam tabung reaksi yang menandapak adanya unsur karbon didalamnya dan juga terdapat gelembung di dinding tabung reaksi yang menandakan adanya unsur halogen di dalam campuran tersebut.

8.1.2 Halogen
      Pada analisis unsur halogen pada senyawa benzena terdapat dua tes yaitu tes Beilstein dan tes CaO : tes Beilstain kawat tembaga dipanaskan sampai kemerah-merahan, lalu didinginkan, ketika kawat tembaga tersebut ditetesi dengan benzena warna kawat berubah dari merah menjadi putih dan tidak ada terdapat uap. Tes CaO (padat) setelah CaO dipanaskan dan dicampurkan dengan benzena terbentuk uap gas yang menandakan adanya halogen,  pada saat di didihkan dengan air suling campuran tersebut larut, kemudian dicampurkan dengan HNO3  larutannya tidak jernih sehingga disaring dan dicampurkan dengan larutan AgNO3 encer berubah mejadi keruh berwarna coklat keabu-abuan.
8.1.3 Belerang 
      Pada analisis unsur belerang pada senyawa asam asetat berhasil dilakukan. Larutan NaOH diasamkan dengan asam asetat suhunya hangat dan terdapat batas larutan. Pada saat dipanaskan untuk mengidentifikasi gas pada kertas saring sudah ditetesi Pb-asetat, terdapat gas pada kertas yang ditandai dengan kertas saring yang meletup-letup. Pada larutan lainnya ketika ditetesi dengan Na-nitroprosida warna berubah dari bening menjadi kuning jernih.

8.1.4 Nitrogen
      Pada analisis unsur nitrogen pada senyawa amoniak berhasil dilakukan. Ketika amoniak dicampurkan dengan larutan FeSO4 terdapat gumpalan coklat dan ketika ditambahakn FeCl3 larutan berubah warna menjadi warna kuning, kemudian ditetesi dengan KF dengan gumpalannya buyar. Saat ditambahkan NaOH gumpalan coklat tadi berubah menjadi endapan coklat, ketika dipanaskan endapan putih terbentuk disekeliling tabung dan ditengah tabung endapan kuning, kemudian ditambahkan asam sulfat sehingga endapannya berubah warna menjadi biru berlin, dengan begitu menandakan adanya nitrogen dalam senyawa tersebut.

8.1.5 Halogen
      Pada analsis unsur halogen pada NaOH berhasil dilakukan. Pada saat NaOH dicampurkan dengan HNO3 pekat  dan dididihkan pada saat 1 menit larutan sudah meletup-letup, kemudian ditambahkan AgNO3 encer warna berubah menajdi abu-abu kecoklatan dan ketika dididhkan lagi terdapat gumpalan dan endapan yang halus dan dibagian tengahya abu-abu jernih. Hal inilah yang menandakan adanya halogen.

8.2 Penentuan Kelas Kelarutan
      Pada praktikum selanjutnnya yaitu penentuan kelas kelarutan. Percobaan ini bertujuan agar praktikan mengetahui kelarutan dari zat organik. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia (padat atau cair) untuk larut dalam pelarutnya. Pada percobaan kali ini digunakan beberapa zat terlarut dan juga pelarut. zat terlarut yang digunakan ialah tepung, gula, minyak, putih telur dan pelarut yang digunakan antara lain air, eter, benzena, HCl, H2SO4, NaHCO3, H3PO4, NaOH. Dalam setiap zat terlarut dan pelarut yang digunakan akan memberikan hasil yang berbeda. Hasilnya yang (+) dan juga (-). Pada zat terlarut tidak semunya larut dalam pelarut dikarenakan perbedaan kepolaran.

8.2.1 Gula
         Gula menghasilkan (+) pada setiap pelarutnya. Gula dengan air menghasikan warna larutan jernih dan gulanya larut dalam air, gula dengan eter menghasilkan warna larutan jernih dan gula tidak larut dalam eter, gula dengan NaOH menghasilkan warna larutan jernih dan semua gula larut, gula dengan NaHCO3 menghasilkan warna lautan jernih, semua gula larut dan terdapat gelembung, gula degan HCl menghasilkan larutan jernih, gula larut dengan cepat, gula dengan H2SO4 menghasikan warna kuning jernih dan terdapat gumpalan coklat merah kehitaman yang menyatu, gula dengan H3PO4 menghasilakan warna larutan jernih, gulanya menyebar dan tak larut.

8.2.2 Tepung
          Pada tepung hasilnya berbeda-beda dengan setiap pelarutnya. Tepung dengan air larut dan larutannya keruh yang menandakan kelarutannya (-), tepung dengan benzena sedikit larut dan larutannya keruh menandakan kelarutannya (-), tepung dengan NaOH larutannya keruh dan terdapat endapan yang menandakan kelarutannya (-), tepung dengan H2SO4 larutannya keruh, tidak timbul gas dan tidak panas hal ini menandakan kelarutannya (-), tepung dengan NaHCO3 larutannya keruh dan timbulnya gas yang menandakan kelarutannya (+), tepung dengan HCl larutannya keruh,ada endapan dan setelah disaring menjadi bening ketika ditambahkan dengan NaOH larutannya menajdi bening yang menendakan kelarutannya (-), tepung dengan H3PO4 larutannya jernih dan terdapat endapan yang menandakan kealrutannya (+).

8.2.3 Minyak
         Pada minyak semua hasilnya berbeda-beda dengan setiap pelarut yang berbeda. minya dengan air tak dapat bercampur dengan begitu antara air dan minyak ada batas dan larutannya jernih menandakan kelarutannya (+), minyak dengan benzena dapat bercampur dan larutannya jernih yang menandakan kelarutannya (+), minyak dengan HCl tak dapat bercampur dengan minyak dan HCl ada batas larutannya jernih yang menandakan kelarutannya (+), minyak dengan NaOH terdapat batas diantara keduanya dan larutannya keruh yang menandakan kelarutannya (-), minyak dengan H3PO4 tak dapat tercampur terdapat batas diantara keduanya dan larutannya keruh menandakan kelarutannya (-), minyak dengan H2SO4 terdapat batas diatara keduanya dan larutannya jernih yang menandakan kelarutannya (+), minyak dengan NaHCO3 ada batas diantara keduanya dan larutannya jernih yang menandakan kelarutannya (+).

8.2.4 Putih telur
          Pada putih telur hasil kelarutannya berbeda-beda disetiap pelarut yang berbeda. Putih telur dengan air semuanya larut dan menghasilkan warna keruh yang memandakan kelarutannya (-), putih telur dan NaOH terdapat busa dipermukaannya dan warnanya jernih menandakan kelarutannya (+), putih telur dengan HCl terdapat endapan putih dan warna larutannya keruh menandakan kelarutannya (-), putih telur dengan H2SO4 terdapat gumpalan dan larutannya keruh yang menandakan kelarutannya (+), putih telur dengan NaHCO3 larutannya jernih menandakan kelarutannya (+), putih telur dengan benzena ada batas diantara keduanya dan larutannya jernih menandakan kelarutannya (+), putih telur dengan H3PO4 larutannya jernih menandakan kelarutannya (+)

 IX. KESIMPULAN
       Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan "Analisa Kualitatif Unsur-unsur Zat Organik dan Penentuan Kelas Kelarutan" ialah:

    1.  Pada analisis kualitatif dalam kimia organik berhubungan erat dengan sifat fisika, sifat kimia dan juga teknik analisisnya.
    2. Dalam analisis kualitatif untuk mengetahui unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, dan halogen dalam senyawa organik menggunakan tahapan yang berbeda-beda. Untuk mengidentifikasi karbon dan hidrogen dipanaskan CuO yang akan menghasilakn CO2 dan H2O. Untuk mengidentifikasi halogen dan belerang dengan cara leburan natrium (NaOH). Untuk mengidentifikasi unsur Nitrogen digunakan larutan Amoniak (NH3).
    3. Dalam percobaan senyawa organik yang dianalisis ialah NaOH, Amoniak, Putih telur, gula, tepung, minyak.



X. DAFTAR PUSTAKA

   http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/#more-36 

  Rejeki, Sri. 2014. Distribusi Kandungan Karbon Organik Total dan Fosfat di Perairan Sayung.                 Jurnal Oseanografi. Volume 3, Nomor 1: Demak


Takeuchi, Yashito. 2009. Buku Teks Pengantar Kimia. Tokyo: Iwanami Shouten

Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi



 XI. PERTANYAAN
       Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai pemahaman Anda saat melakukan percobaan diatas:
1. Apakah yang terjadi saat penambahan AgNO3 pada analisis unsur Halogen?
2. Mengapa minyak tidak dapat bercampur dengan pelarunya seperti air, NaOH, HCl, NaHCO3, H3PO4, H2SO4  sedangkan benzena dapat bercampur?

3. Apakah fungsi dari penambahan HCl pada filtrat yang sudah disaring pada percobaan tes kelarutan dalam NaOH?


LAMPIRAN


  Sampel telur untuk menguji kelarutannya dalam berbagai pelarut


Sampel minyak diuji kelarutannya dalam berbagai pelarut


 Uji halogen: dengan adanya endapan merah tersebut menandakan adanya unsur halogen didalam larutan tersebut

Komentar

  1. 3. Fungsi dari penambahan hcl pada filtrat yg sudah disaring ialah untuk menetralkannya dan untuk mendapatkan hasil kelarutan yang baruu, jika mendapatkan larutan keruh maka hasilnya (+). (Arnia Haiza Annisa A1C117049)

    BalasHapus
  2. Brezza (A1C117055)
    No 2.Minyak tidak dapat bercampur dengan pelarut kecuali benzen karena sifat polaritas nya beda. Minyak bersifat non polar dan benzena jg bersifat non polar sehingga dapat tercampur, namun pada pelarut yg lain tidak dapat tercampur karena bersifat polar

    BalasHapus
  3. Saya Hefty Juwita (A1C117053), akan menjawab pertanyaan nomor 1. Yang terjadi setelah penambahan AgNO3 ialah terbentuknya endapan. Dengan adanya endapan tersebut dibuktikan bahwa didalam senyawa yang kita analisis terdapat unsur halogennya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keragaman dan Keunikan Struktur Kimia Steroid

Steroid Steroid adalah senyawa  bahan alam yang memiliki 17 atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana  dengan struktur dasarnya yang dibentuk 1,2-sikloentenoperhidrofenantren. Kerangka dasar dari stereoid ini berbentuk triterpen jasiklik. Struktur stereoid memiliki empat cincin dimana pada cincin A, B dan C-nya terdapat 4 atom karbon dan cincin D-nya terdapat lima atom karbon. Steroid merupakan turunan dari terpena dan skualena. Yang membedakan dari semua jenis steroid terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Klasifikasi Steroid: Perbedaan antar kelompok dari steroid dapat dilihat dari jenis substituen R1, R2, dan R3 yang mengikat pada kerangka dasar steroid diatas sedangkan perbedaan dari setiap senyawanya diakibatkan dari panjang rantai karbon substituen, gugus fungsi substituen, jumlah dan posisi gugus fungsi oksigen, dan ikatan rangkap pada kerangka dasar s...

Jurnal Reaksi-reaksi Alkohol dan Fenol

    JURNAL VI PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I REAKSI-REAKSI ALKOHOL DAN FENOL DISUSUN OLEH : SEPRIDA ANJELINA TARIGAN (NIM : A1C117051) DOSEN PENGAMPU : Dr. Drs. SYAMSURIZAL., M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI                                                                             2019                                                               PERCOBAAN 6 I. JUDUL : Reaksi-reaksi Alkohol dan Fenol II. HARI,TANGGAL : Sabtu, 30 Maret 2019 III. TUJUAN       Setela...

Laporan Sintesis Aseton

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN  VII "SINTESIS ASETON" DISUSUN OLEH : SEPRIDA ANJELINA TARIGAN (NIM : A1C117051) DOSEN PENGAMPU : Dr. Drs. SYAMSURIZAL., M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2019 VIII. DATA PENGAMATAN 8.1.  Dengan Oksidator KMnO 4 Perlakuan Pengamatan 85 mL Aquades ditambah 26 mL 2-Propanol Larut Ditambahkan 12 mL H 2 SO 4  pekat Larutan menjadi panas, suhunya 50 o C Dimasukkan larutan ke labu dan ditambahkan 16 gram kristal KMnO 4  kemudian didiamkan Larutan menggelegak/mendidih, warna larutan awalnya ungu tapi lama-kelamaan menjadi coklat pekat Proses didestilasi Tetes pertama pada suhu 78 o C pada menit ke 3 menit Tetesan terakhir pada suhu 76 o C pada menit ke 6 menit 54 detik Jumlah tet...