LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN VIII
"KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM"
SEPRIDA ANJELINA TARIGAN
(NIM : A1C117051)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL., M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VIII. DATA PENGAMATAN
8.1
TLC
Sampel
|
Jarak pelarut
|
Rf sampel
|
A.
Buah naga
|
4,8
|
3,9
|
B.
Bayam
|
0,3
|
|
C.
Nanas
|
3,8
|
|
D.
Bunga kertas
|
2,5
|
|
E.
Semangka
|
4,5
|
3,7
|
F.
wortel
|
3,9
|
|
G.
Pepaya
|
3,8
|
|
H.
Kentang
|
0
|
|
I.
Tomat
|
4,7
|
4,1
|
J.
Bunga sepatu
|
4
|
8.2
Kromatografi Kolom
k
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1
|
Disiapkan
sampel
|
Digunakan
sampel yang sama seperti kromatografi lapis tipis
|
2
|
Disiapkan
kolom
|
Disumbat
kolom dengan kapas, dimasukkan silika gel (fase diam) kedalam larutan
n-heksan lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil di ketuk-ketuk
agar kolom menjadi padat
|
3
|
Dimasukkan
sampel
|
Dicampur
sampel dengan silika gel sekitar 1 sudip lalu dimasukkan kedalam kolom
kromatografi
|
4
|
Dialirkan
kolom dengan pelarut
|
Untuk
campuran pelarut yang digunakan itu bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai
dengan sifat dari sampel tersebut polar, semipolar atau nonpolar
|
5
|
Ditampung
tetesan yang keluar dari kolom
|
Tetesan
yang keluar di tampung kedalam botol yang berbeda-beda untuk setiap smapel
yang didasarkan pada perbedaan warna yang keluar.
|
IX. PEMBAHASAN
Kromatografi adalah salah satu teknik pemisahan dan teknik pengidentifikasian suatu sampel. Dalam laporan yang berjudul "Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom" ini kedua jenis kromatografi ini dilakukan dengan sampel yang sama yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, tomat, kentang, bunga sepatu, dan pepaya. Pada kromatografi lapis tipis (TLC) digunakan plat TLC sebagai fase diam dan eluen yang digunakan n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 2 : 1 atau 2 mL dan 1 ml. Pada kromatografi kolom silika gel digunakan sebagai fase diamnya. Pada setiap jenis kromatografi ini prinsip kerjanya berbeda-beda (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/)
Kromatografi adalah salah satu teknik pemisahan dan teknik pengidentifikasian suatu sampel. Dalam laporan yang berjudul "Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom" ini kedua jenis kromatografi ini dilakukan dengan sampel yang sama yaitu buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka, wortel, tomat, kentang, bunga sepatu, dan pepaya. Pada kromatografi lapis tipis (TLC) digunakan plat TLC sebagai fase diam dan eluen yang digunakan n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 2 : 1 atau 2 mL dan 1 ml. Pada kromatografi kolom silika gel digunakan sebagai fase diamnya. Pada setiap jenis kromatografi ini prinsip kerjanya berbeda-beda (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/)
9.1 TLC
Kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan
salah satu cara untuk mendeteksi suatu sampel dengan memisahkan
komponen-komponen pada sampel tersebut dengan berdasarkan perbedaan
kepolarannya dengan pelarut yang digunakan. Pada kromatografi ini digunakan
fasa diam dan gerak, biasanya fasa diamnya berupa silika gel dan fase geraknya
disesuaikan dengan sampel yang digunakan. Pada teknik ini pelarut yang
digunakan dinamakan eluen dan biasanya jika kepolaran eluen dengan sampel
semakin dekat maka sampelnya akan semakin mudah terbawa oleh fase geraknya atau
jarak yang ditempuh sampel akan jauh dan begitu juga sebaliknya jika
kepolarannya jauh maka sampel sulit terbawa bahwa bisa tidak bergerak.
Pada percobaan TLC ini kami menggunakan eluennya yaitu n-heksana
: etil asetat dengan perbandingan 2:1 yaitu 2 mL : 1 mL dan dimasukkan eluen
tersebut ke dalam chamber . TLC yang
kami gunakan 5 x 3 dan kami memberi garis untuk tempat penotolon sampel
sepanjang 0,5 cm dibawah dan kamu juga memberi tanda diatas kira-kira 0,3 cm
tetapi bukan garis melainkan tanda titik untuk memberi batas naiknya eluen.
Pada penggunakan TLC pertama kami menotol 4 macam sampel diantaranya buah naga,
bayam, Nanas, dan bunga keras dengan memberian tanda setiap sampel di TLC itu
A,B,C dan D . Setelah keempat sampel di totilkan ke TLC maka kami masukkan ke
dalam chamber yang sudah berisi eluen dan kami menunggu beberapa saat sampai
eluen mencapai batas atas yang telah kami buat. Setelah eluen sudah mencapai
tanda batas kemudian kami melihat fase gerak (noda) setiap sampel tersebut,
karena nodanya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang maka kami menggunakan
sinar UV dan kami memberi tanda dari noda setiap sampel kemudian kami mengukur
jarak yang ditempuh pelarut dan juga sampel. Jarak yang ditempuh pelarut 4,8
cm. Setelah jarak didapatkan maka dihitung nilai Rf setiap sampel. Untuk
menghitung nilai Rf digunakan rumus berikut ini:
Rf = jarak yang ditempuh sampel
Jarak yang ditempuh pelarut
Dengan
menggunakan rumus tersebut kami dapatkan nilai Rf setiap sampelnya, yang
pertama pada sampel buah naga kami mendapatkan nilai Rf nya sebesar 3,9
kemudian pada sampel bayam nilai Rf nya 0,3 dan pada sampel nanas nilai Rfnya
3,8 dan yang terakhir pada sampel bunga kertas nilai Rf nya 2,5.
Dengan cara yang sama juga kami lakukan pada
pecobaan TLC kedua dengan sampel yang berbeda. Dikarenakan didalam chamber
masih terdapat sisa eluen sehingga kami menambahkan sedikit eluen lagi hingga
volumenya hampir sama dengan volume awal tadi, kami menambahakan n-heksana dan
etil asetat dengan perbandingan sama namun volume beda yaitu 1 mL dan 0,5 mL.
Pada plat TLC kami menotol empat sampel yang lainnya yaitu sampel semangka (E),
wortel (F), pepaya (G), dan Kentang (H). Kemudian kami memasukan Plat TLC
tersebut ke dalam chamber dan ditunggu beberapa saat sampai eluen naik hingga
tanda batas. Setelah beberapa saat kami mendapatkan jarak yang ditempuh
pelarutnya itu 4,5 cm dan kami menghitung nilai Rf setiap sampel dengan
menggunakan rumus yang sama. Pada sampel semangka nilai Rfnya 3,7 kemudian pada
sampel wortel nilai Rfnya 3,9 dan pada pepaya nilai Rfnya 3,8 dan yang terakhir
kentang nilai Rfnya 0.
Pada percobaan TLC yang ketiga dengan sampel
yang berbeda juga dilakukan langkah yang sama. Pada chamber masih tersisa
sedikit elurn sehingga ditambahkan juga dengan perbandingan sama dengan volume
berbeda yaitu 1 mL dan 0,5 mL. Setelah dilakukan penotolan sampel yaitu tomat
(I) dan bunga kertas (J) pada plat TLC dan dimasukkan plat ke chamber, ditunggu
beberapa saat hingga eluen naik hingga tanda batas. Ketika eluen sudah mencapai
tanda batas maka diukur jarak yang ditempuh dan jarak yang ditempuh pada
percobaan ketika in 4,7 cm, dan hal yang sama juga dilakukan yaitu menghitung
nilai Rf sampelnya. Pada sampel tomat nilai Rfnya 4,1 dan sampel bunga sepatu
nilai Rfnya 4.
Semakin besar nilai Rf nya maka semakin jauh
jarak yang ditempuh sampel pada plat TLC. Pada percobaan ini didapatkan nilai
Rf yang berbeda-beda pada setiap sampelnya dan bahkan ada sampel yang tidak
bergerak sama sekali. Nilai Rf yang besar dapat dikatakan bahwa sampel tersebut
kurang polar. Jika nilai Rf yang didapatkan sama maka sampel tersebut memiliki
karakteristik yang sama namun jika berbeda berarti sampel tersebut berbeda.
9.2
Kromaografi Kolom
Kromatografi
kolom adalah salah satu metode yang digunakan untuk memurnikan suatu sampel
dari campuranya. Prinsip kerja dari metode kromatografi kolom ini berdasarkan
perbedaan daya serap dari setiap komponen campurannya. Langkah pertama dalam
melakukan kromatografi kolom ini ialah menyumbat kolom dengan menggunkan kapas,
kemudian dicuci dengan n-heksana agar kotoran di kolom dan juga kapas hilang,
setelah itu dimasukkan campuran silika
gel dengan n-heksana dan dipadatkan (disini kami memukul bagian bawah kolom
dengan menggunakan pensil agar proses pemadatan lebih cepat). Setelah padat dan
silika gelnya sudah sampai ¾ bagian kolom maka kami menambahkan sampel, sampel
yang dimasukkan bukan sampel murni tetapi campuran dari silika gel sebanyak 1
sudip dan sampel sebanyak 3 tetes kemudian diaduk hingga kering. Kemudian
campuran tersebut dimasukkan ke dalam kolom dan diratain.
(A)
buah naga, pelarut yang digunakan yaitu n-heksana dan etil asetat dengan
perbandingan 8 : 1 dengan volime 8 mL dan 1 mL, pelarut tersebut dialirkan
kedalam kolom yang sudah berisi sampel buah naga tadi dan dibiarkan pelarutnya
sampe turun semuanya. Pada saat pelarut sudah habis turun tapi sampel belum ada
yang turun atau masih tetap diatas. Karena sampel belum ada turun maka kami menambahkan
pelarut yang sama dengan volume 16 mL dan 2 mL, ketika pelarut sudah habis
turun sampelnya sudah mulai turun sedikit. Kemudian kami menambah pelarut yang
sama dengan volume 16 mL dan 2 mL, ketika pelarut sudah habis sampelnya sudah
turun hampir mencapai setengah dari kolom. Pada penambahan pelarut sama yang
terakhir dengan perbandingan berbeda 15 : 5 volumenya 15 mL dan 5 m, ketika
pelarut sudah habis turun dan sampelnya turun sedikit lagi namun belum sampai
meneteskan warna yang berbeda karena sampelnya belum sampai bawah. Total
pelarut yang dihasilakn 5 botol kaca penuh pada setiap botol.
(B)
bayam, pelarut yang digunakan n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 1 :
2 dengan volume 5 mL dan 10 mL. Pada percobaan ini sampelnya turun, botol pertama
dihasilkan larutan warna bening, botol kedua dihasilkan larutan warna hijau,
dan botol ketiga dihasilkan larutan warna hijau pudar dan pada botol ke empat
dan kelima dihasilkan warna bening. Botol kaca terisi 5 namun hanya terisi
setengahnya (tidak penuh) pada setiap botol pada setiap botol.
(C)
nanas, pelarut yang digunakan kloroform dan metanol dengan perbandingan 3 : 1
volumenya 3 mL dan 1 mL, pada percobaan ini sampelnya turun, botol pertama
dihasilakn warna bening, botol keduan dihasilakn kuning (disini silikanya pecah
sehingga sampel nanasnya turun dan dihasilkan warna kuning), dan pada botol
ketiga dihasilkan warna bening. Pada sampel ini 3 botol kaca yang terisi
setengah (tidak penuh) pada setiap botol.
(D)
bunga kertas, pelarut yang digunakan Kloroform dan kami tidak mengukur volume
kloroform yang digunkan, pelarut sudah menetes dan kami melihat bahwa sampelnya
sudah mulai turun, botol pertama warnanya bening, botol kedua bening tapi
berbinyak dan kami melihat silika sudah mulai turun ke silika gelnya, botol
ketiga agak keruh, dan botol keempat dan kelima warnanya bening. Pada sampel
ini dihasilkan 5 botol kaca namun setiap botol terisi setengahnya (tidak penuh)
pada setiap botol.
(E)
semangka, pelarut yang digunakan n-heksana dan etil aseta dengan perbandingan 3
: 2 disini kami tidak mengukur volume pelarut yang kami gunakan, pada percobaan
ini sampelnya turun, botol pertama dihasilkan larutan bening (sampel mulai
turun), botol kedua dihasilkan warna kuning pudar, dan botol yang ketiga dihasilkan
bening kembali. Pada sampel ini 3 botol kaca yang terisi tetapi hanya
setengahnya (tidak penuh) pada setiap botol.
(F)
wortel, pelarut yang digunkan n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3 :
2 disini kami tidak mengukur volume pelarut yang kami gunakan. Pada percobaan
ini pelarutnya turun, botol pertama masih bening dan ketika kami lihat ke kolom
sampel sudah mulai turun, botol kedua warnanya kuning cerah, dan botol ketiga
bening lagi. Pada sampel ini botol kaca yang digunakan 2 namun hanya terisi
setengahnya (bukan penuh) pada setiap botol.
(G)
pepaya, pelarut yang digunakan n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3
: 2, disini kami tidak mengukur volume Yang kami gunakan kami menggunakannya
hingga sampel turun, pada botol pertama dihasilkan berwarna bening, botol kedua
kuning, botol ketiga bening. Pada sampel ini botol kaca yang digunakan 3 namun
hanya terisi setengahnya (tidak penuh) pada setiap botol.
(H)
kentang, pelarut yag digunakan kloroform dan metanol dengan perbandingan 3 : 1 yang
volumenya 15 mL dan 5 mL, pada percobaan ini sampelnya turun, botol pertama
dihasilkan berwarna bening, botol kedua dihasilkan berwarna kuning keruh, dan
pada botol ketiga dan keempat berwarna bening lagi. Pada sampel botol kaca yang
digunakan 4 dengan setiap botolnya hanya terisi setengah ( tidak penuh).
(I)
Tomat, pelarut yang digunakan n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3 :
1, pada percobaan ini sampelnya turun, ketika ditetesin pada botol pertama
warnanya bening, pada botol kedua warnanya kemerahan, pada botol ketiga bening
lagi. Pada sampel ini botol kaca yang digunakan 3 yang setiap botolnya hanya
terisi setengah (tidak penuh).
(J)
bunga sepatu, pelarut yang digunakan n-heksana dan etil asetat dengan
perbandingan 3 : 1, pada percobaan ini sampelnya turun, ketika botol pertama
ditetesin warnanya bening dan pada botol kedua dan ketiga keruh. Pada sampel
ini botol kaca yang digunakan ada 3 yang setiap botonya hanya terisi setengah
(tidak penuh).
Pada
percobaan ini dapat kita lihat penggunaan pelarutnya berbeda-beda, hal ini
dilihat pada jarak yang ditempuh sampel saat percobaan TLC. Semakin jauh jarak
yang ditempuh sampel atau sampelnya tergolong polar maka digunakan pelarut
n-heksana dan etil asetat, pada sampel yang jaraknya hanya sedikit atau disebut
senyawa semi polar maka digunakna pelarut kloroform dan metanol sedangkan jika
sampel tidak bergerak sama sekali atau senyawa non polar digunakan pelarut
kloroform saja.
Setelah
hasil botol kaca dari kromatografi kolom setiap sampel sudah didapatkan
maka kami memberikan tanda pada setiap
botol yang mana botol pertama dan seterusnya, kemudian ditutup setiap botol
kaca dengan alumunium foil dan diberikan lubang dengan menggunakan jarum pentul,
setelah semua botol sudah diberikan lubang maka didiamkannya beberapa hari.
Setelah
beberapa hari didiamkan pada setiap botol kacanya tidak terdapat apapun lagi
dikarenakan pelarut yang digunakan mudah menguap sehingga larutan yang
dihasilkan tersebut menguap, yang dilakukan pada setiap isi botol tersebut
yaitu percobaan TLC dari hasil kromatografi kolom tersebut. Kemudian kami
menambahkan pelarut 1 tetes pada setiap botol untuk mengambil sampel dan menotolnya
ke plat TLC. Pelarut yang digunakan tersebut sama pada setiap sampel yaitu
metanol. Pada plat TLC tersebut ditotolkan dari hasil botol kaca setiap sampel
dan ditambahkan 1 totolan krut (sampel murni yang bukang hasil kromatografi
kolom), totolan diurutkan dari krut, botol 1, botol 2 dan seterusnya dan
diberikan tanda. Pada eluen yang didalam chamber kami menggunakannya
berbeda-beda dan disesuaikan dengan pelarut kromatografi yang digunakan
sebelumnya, jika pelarut yang digunakan pada sampel pada percobaan kromatografi
kolom sebelumnya n-heksana dan etil aseta maka dipercobaan TLC ini juga
digunakan eluen yang sama dengan perbandingannya 3:2 dan jika pelarut yang
digunakan kloroform dan metanol dan pada TLC ini eluennya juga sama dengan
perbandingan 3 : 1 dan jika pelarut yang digunakan kloroform saja maka pada TLC
ini diganti dengan metanol 100%. Setelah dilakukan percobaan TLC pada setiap
sampelnya, dan hasilnya sebagai berikut:
(A) Buah
naga, yang bergerak hanya krut saja
(B) Bayam,
tidak ada yang bergerak namun warna pada totolan botol 1, 2 dan 3 ada yaitu
warna krem.
(C) Nanas,
tidak ada yang bergerak dan tidak ada yang berwarna.
(D) Bunga
kertas, krut bergerak dan warna sebanyak garisnya krem namun ditengah garis
berwarna ungu.
(E) Semangka,
krut naik dan warnanya kuning.
(F) Wortel,
hanya krut yang bergerak dan warnanya kuning, pada botol 1 dan3 warna pada
totolan krem.
(G) Pepaya,
krut bergerak dengan warna orange pudar, botol 1 dan 4 tidak bergerak tetapi
warna ditotolan krem, botol 2 dan 3 bergerak dan warnanya krem pudar.
(H) Kentang, tidak ada yang bergerak dan warna totolan
krut warna abu-abu.
(I) Tomat,
tidak ada yang bergerak dan warna totolan botol 3 abu-abu.
(J) Bunga
sepatu, tidak ada yang bergerak dan warna totolan krut krem pudar.
X. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini ialah:
1. Pada
kromatografi kolom dilakukan menggunakan fasa diam dan gerak, fasa diam yang
dipakai tidak boleh larut dalam fasa geraknya, percobaan ini menggunakan suatu
kolom yang diisi dengan fase diam dan ditambahkan fasa gerak, ditampung setiap
tetesan dan dipisahkan lalu diidentifikasi. Pada kromatografi lapis tipis (TLC)
dilihat dari cepat/jauhnya bergerak noda diatas plat TLC.
2. Pada
percobaan TLC dengan sampel yang berbeda-beda dan eluen pada setiap sampel
digunakan sama, maka dihasilkan nilai Rf yang berbeda. Pada sampel buah naga
(3,9), bayam (0,3), nanas (3,8), bunga kertas (2,5), semangka (3,7), wortel
(3,9), pepaya (3,8), kentang (0), tomat (4,1), bunga sepatu (4).
3. Pelarut
yang digunakan pada percobaan kromatografi kolom berbeda-beda dan dasar
perbedaan pelarut yang digunakan dilihat dari hasil TLC setiap sampel, jika
sampel berberak jauh maka pelarut yang digunakn n-heksana dan etil aseta, jika
sampel bergerak hingga setengah plat saja maka pelarut yang digunakan kloroform
dan metanol, dan jika sampelnya tidak bergerak maka pelarut yang digunakan
kloroform saja.
XI. PERTANYAAN
Jawablah
pertanyaan dibawah ini setelah menyimak penjelasan hasil percobaan yang telah
dilakukan:
1. Mengapa
pada setiap sampel yang digunakan pada percobaan TLC geraknya berbeda-beda
jauhnya atau jarak yang ditempuh noda berbeda?
2. Pada
akhir percobaan kromatografi kolom botol kaca dan isinya yang dihasil
didiamkan beberapa hari, apakah yang terjadi setelah didiamkan tersebut dan
langkah apa yang dilakukan setelah botol kaca itu didiamkan beberapa hari?
3. Apakah
yang mendasari perbedaan jenis pelarut yang digunakan pada kromatografi kolom?
XII. DAFTAR PUSTAKA
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Soebagio,
dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang :
Universitas Negeri Malang
Sudjadi.
1986. Metose pemisahan. Yogyakarta
:UGM-press
Tim
Kimia Organik I. 2016. Penuntun Praktikum
Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi
Wahyuni,
A. Hardjono dan P.H. Yamrewey. 2004. Ekstraksi
Kurkumin dari Kunyit. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses
LAMPIRAN
Sampel yang digunakan
Proses percobaan kromatografi lapis tispis
Pembuatan fase diam untuk kromatografi kolom
Percobaan kromatografi kolom
Penyinaran untuk melihat noda pada percobaan TLC dari hasil kromatografi kolom
Niken (033) akan menjawab nomor 3 yaitu Pada kromatografi kolom pelarut yang digunakan berbeda-beda dan penggunaan pelarut itu dilihat dari percobaan TLC dari jarak noda setiap sampelnya. Jika jarak nodanya jauh maka pelarutnya yang diguanakn n-heksana dan etil asetat dan jika jaraknya setengah plat TLC pelarut yang digunakan kloroform dan metanol dan jika nodanya tak bergerak pelarutnya yang digunakan kloroform
BalasHapusSaya Tria Pradina Loke (075) akan menjawab pertanyaan no.2. setelah botol kaca tersebut didiamkan isinya habis dikarenakan pelarut yang digunakan mudah menguap. langkah selanjutnya ditambahkan 1 tetes metanol ke setiap botol kosong tersebut kemudian dilakukan TLC
BalasHapusSaya Ratna Kartika Sari (011) akan emnjawab pertanyaan no 1. Pada setiap sampel jarak nodanya berbeda dikarenakan perbedaan kepolarannya. Semakin polar sampel tersebut maka semakin jauh jaraknya. Pada sampel yang digunakan ada juga yang tidak bergerak yaitu sampel kentang hal itu dikarenakan sampelnya non polar.
BalasHapus